People Pleasing: Kebiasaan Membahagiakan Orang Lain

Share this article
Pict Illustration : Pexels – Christian Diokno.

Terjebak dalam lingkaran “people pleasing”? Temukan jawaban atas pertanyaan: Apa itu “people pleasing”? Mengapa kita melakukannya? Bagaimana cara menghindarinya?

Banyak dari kita menginginkan kebahagiaan dan penerimaan orang lain di tengah hiruk pikuk kehidupan. Kita sering terjebak dalam kebiasaan “menyenangkan orang”, di mana kebahagiaan diri kita lebih penting daripada kebahagiaan orang lain. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan “orang yang menyenangkan”? Untuk tujuan apa kita melakukannya? Dan bagaimana cara menghindari hal itu terjadi?

“People Pleasing”

Perilaku menyenangkan orang, ditandai dengan keinginan kuat untuk mencari persetujuan dan memenuhi harapan orang lain, telah dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang menunjukkan kecenderungan menyenangkan orang mungkin lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, terutama depresi, karena mereka sering memprioritaskan menyenangkan orang lain daripada menegaskan kebutuhan mereka sendiri (Mongrain et al., 2004).

Pola perilaku penegasan diri yang rendah dan kebutuhan konstan untuk menyenangkan orang lain dapat menyebabkan hasil negatif, terutama bagi individu yang tergantung (Mongrain et al., 2004). Selain itu, individu yang tinggi dalam keterarahan lain, yang melibatkan penyesuaian dengan norma-norma sosial, menutupi perasaan yang sebenarnya, dan berusaha untuk menyenangkan orang lain, mungkin berjuang dengan mempertahankan motivasi intrinsik ketika terlibat dalam perilaku yang mendukung (Zhang et al., 2010).

” People pleasing ” berarti selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri. Jika seseorang tidak disukai atau dihargai oleh orang lain, mereka sering merasa tidak berharga. Ada banyak alasan untuk menjadi ” people pleasing “, termasuk rasa takut ditolak, kebutuhan akan validasi, dan kurangnya keyakinan diri. Dia juga memiliki banyak efek negatif, seperti stres, kecemasan, depresi, kesehatan fisik yang buruk, dan hubungan yang tidak sehat.

Meskipun melepaskan diri dari ” people pleasing ” bukanlah hal yang mudah, itu tidak berarti mustahil. Mempelajari tanda-tandanya, menetapkan batasan, memahami nilai diri, berkonsentrasi pada kebahagiaan diri, dan mendapatkan bantuan profesional adalah beberapa langkah yang dapat membantu Anda membebaskan diri dan menjalani hidup yang lebih seimbang dan bahagia.

Motivasi di Balik Kebiasaan Ini

Kecenderungan untuk menyenangkan orang lain juga dapat dipengaruhi oleh perbedaan individu, dengan beberapa individu lebih bersedia untuk menyesuaikan perilaku mereka untuk memenuhi harapan orang lain (Ratner &; Kahn, 2002). Kecenderungan untuk menyenangkan orang lain ini telah dikaitkan dengan konsep-konsep seperti keinginan sosial dan teori reaktansi, di mana individu mungkin merasa tertekan untuk berperilaku dengan cara yang selaras dengan harapan masyarakat atau memberontak terhadap ancaman yang dirasakan terhadap kebebasan memilih mereka (Baran et al., 2010; Rosenberg &; Siegel, 2018). Selain itu, perilaku menyenangkan orang telah diamati dalam berbagai konteks, seperti dalam hubungan, di mana individu dengan disabilitas intelektual dapat terlibat dalam perilaku berisiko atau tidak pantas untuk menyenangkan orang lain (Spreat, 2020).

Kebiasaan ” people pleasing ” tidak datang begitu saja. Seseorang dapat terjebak dalam pola ini karena berbagai hal. Salah satu faktor pendorong utama adalah ketakutan akan ditolak. Individu yang dianggap “menyenangkan orang” sering merasa cemas akan penolakan dan kritik, sehingga mereka berusaha untuk selalu menyenangkan orang lain agar diterima dan disukai.

Kebutuhan akan validasi dan pengakuan juga berperan penting. Bagi “people pleaser”, kebahagiaan mereka bergantung pada persetujuan dan pujian dari orang lain. Mereka merasa tidak berharga jika tidak mendapatkan validasi eksternal, sehingga mereka terus berusaha untuk memenuhi ekspektasi dan mendapatkan pengakuan.

Rasa percaya diri yang rendah juga dapat memicu “people pleasing”. Individu yang tidak percaya diri sering mengalami keraguan tentang kapasitas dan nilai diri mereka sendiri. Mereka merasa tidak cukup baik untuk dicintai dan dihargai apa adanya, jadi mereka berusaha menyenangkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Untuk memahami akar motivasi di balik “people pleasing” agar dapat melepaskan diri dari pola ini. Dengan mengenali faktor-faktor yang mendasarinya, individu dapat mulai membangun rasa percaya diri, belajar untuk mencintai diri sendiri, dan membangun hubungan yang lebih sehat dan setara.

Dampak Negatif “People Pleasing”

Meskipun terkesan mulia, “people pleasing” dapat membawa dampak negatif yang signifikan bagi kesehatan mental dan emosional. Berikut beberapa di antaranya:

  • Stres dan kecemasan: Terus menerus berusaha memenuhi ekspektasi orang lain dapat memicu stres dan kecemasan yang berkepanjangan. “People pleaser” sering kali merasa terbebani oleh tanggung jawab untuk menyenangkan semua orang, dan hal ini dapat menguras energi mental dan emosional mereka.
  • Depresi: Rasa tidak berharga dan kurangnya kontrol atas hidup sendiri dapat berujung pada depresi. “People pleaser” sering kali mengabaikan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri demi menyenangkan orang lain, dan hal ini dapat menyebabkan perasaan putus asa dan kehilangan makna hidup.
  • Kesehatan fisik yang buruk: Mengabaikan kebutuhan diri sendiri dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. “People pleaser” sering kali mengalami kelelahan, insomnia, dan gangguan pencernaan akibat stres dan kurangnya istirahat.
  • Hubungan yang tidak sehat: “People pleaser” sering kali kesulitan untuk menjalin hubungan yang sehat dan setara dengan orang lain. Mereka cenderung menarik diri dan tidak mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya, sehingga hubungan mereka menjadi tidak autentik dan tidak memuaskan.

Dampak negatif “people pleasing” ini dapat menghambat kebahagiaan dan kesuksesan individu dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Membebaskan Diri dari Jeratan “People Pleasing”

Melepaskan diri dari jeratan “people pleasing” bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti mustahil. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu Anda:

1.      Kenali Tanda-tandanya: Langkah pertama adalah mengidentifikasi tanda-tanda yang membuat Anda menyenangkan orang lain. Apakah Anda selalu berpikir Anda harus menyenangkan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri?kemudian, Apakah Anda khawatir akan ditolak atau dikritik? Apakah Anda sering mengabaikan kebutuhan diri sendiri hanya untuk memenuhi kebutuhan orang lain?

2.      Tetapkan Batasan: Setelah Anda mengenali tanda-tandanya, penting untuk mulai menetapkan batasan yang sehat. Belajarlah untuk mengatakan “tidak” pada permintaan yang tidak sejalan dengan nilai dan prioritas Anda. Jangan merasa bersalah untuk memprioritaskan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri.

3.      Pahami Nilai Diri Anda: “People pleaser” sering kali memiliki rasa percaya diri yang rendah dan meragukan nilai diri mereka sendiri. Penting untuk membangun rasa percaya diri dan memahami bahwa Anda berharga apa adanya. Anda tidak perlu menjadi sempurna atau menyenangkan semua orang untuk dicintai dan dihargai.

4.      Fokus pada Kebahagiaan Diri: Alih-alih fokus pada kebahagiaan orang lain, alihkan fokus Anda pada kebahagiaan diri sendiri. Lakukan hal-hal yang Anda sukai dan yang membuat Anda bahagia. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan rawatlah kesehatan mental dan fisik Anda.

5.      Cari Bantuan Profesional: Jika Anda merasa kesulitan untuk mengatasi “people pleasing” sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapis dapat membantu Anda memahami akar masalah, mengembangkan strategi untuk mengatasi “people pleasing”, dan membangun rasa percaya diri dan harga diri.

Membebaskan diri dari jeratan “people pleasing” adalah proses yang membutuhkan waktu dan usaha. Namun, dengan langkah-langkah yang tepat, Anda dapat belajar untuk mencintai diri sendiri, membangun hubungan yang sehat, dan menjalani hidup yang lebih bahagia dan otentik.

Menjalani Hidup yang Lebih Seimbang

” People pleasing ” bukanlah solusi untuk mendapatkan kebahagiaan dan penerimaan orang lain. Namun, jika Anda dapat memahami pola ini dan mengambil tindakan untuk mengatasinya, Anda dapat membebaskan diri dan menjalani hidup yang lebih seimbang dan penuh kebahagiaan. Saat Anda belajar untuk menghargai diri sendiri dan tidak terlalu bergantung pada pendapat orang lain, Anda akan merasa lebih kuat dan percaya diri. Dengan menjaga keseimbangan antara memberikan dan menerima dalam hubungan Anda, Anda akan dapat menciptakan hubungan yang lebih sehat dan bermakna. Anda akan menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam dan asli dalam hidup Anda jika Anda mencoba untuk berkonsentrasi pada kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri daripada hanya menyenangkan orang lain.

Selain itu, sangat penting untuk memiliki batasan yang jelas dalam hubungan dengan orang lain. Dengan memiliki batasan yang sehat, Anda akan dapat mempertahankan kontrol atas hidup dan kebahagiaan Anda. Anda tidak perlu takut untuk menolak atau menolak permintaan yang tidak sesuai dengan nilai dan keinginan Anda. Dengan cara ini, Anda akan dapat mempertahankan kebahagiaan dan kesejahteraan Anda tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi orang lain. Ingatlah bahwa Anda layak hidup dengan damai dan bahagia, dan Anda tidak perlu mengorbankan diri untuk menyenangkan orang lain.

Kebiasaan Membahagiakan Orang Lain

Dari semua ini adalah pentingnya untuk selalu memprioritaskan diri sendiri dan memastikan bahwa Anda merasa nyaman dengan keputusan yang Anda buat. Dengan memiliki batasan yang jelas dan tidak takut untuk mengatakan tidak, Anda akan dapat menjaga keseimbangan dalam hubungan Anda dengan orang lain dan tetap merasa bahagia dan puas dengan hidup Anda. Jadi, jangan ragu untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa Anda selalu merasa baik dan bahagia dalam hubungan Anda dengan orang lain.

Ingatlah bahwa Anda tidak dapat memberikan yang terbaik untuk orang lain jika Anda tidak merasa bahagia dan puas dengan diri Anda sendiri. Untuk menjaga hubungan Anda tetap seimbang dan menguntungkan semua pihak, tetapkan batasan yang sehat dan komunikasikan kebutuhan Anda dengan jelas kepada orang-orang yang Anda sayangi. Jangan lupa untuk selalu memberikan prioritas kepada diri sendiri dan menjaga keseimbangan dalam hidup Anda.

Perilaku menyenangkan orang adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh perbedaan individu, norma sosial, dan faktor motivasi. Namun, memahami mekanisme psikologis yang mendasari kecenderungan menyenangkan orang dapat membantu kita memahami bagaimana orang dalam berbagai situasi menavigasi interaksi sosial, membuat keputusan, dan menjaga kesejahteraan mereka.

References:

Baran, N., Sapienza, P., & Zingales, L. (2010). Can we infer social preferences from the lab? evidence from the trust game. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.1540137

Mongrain, M., Lubbers, R., & Struthers, W. (2004). The power of love: mediation of rejection in roommate relationships of dependents and self-critics. Personality and Social Psychology Bulletin, 30(1), 94-105. https://doi.org/10.1177/0146167203258861

Ratner, R. and Kahn, B. (2002). The impact of private versus public consumption on variety-seeking behavior. Journal of Consumer Research, 29(2), 246-257. https://doi.org/10.1086/341574

Rosenberg, B. and Siegel, J. (2018). A 50-year review of psychological reactance theory: do not read this article.. Motivation Science, 4(4), 281-300. https://doi.org/10.1037/mot0000091

Spreat, S. (2020). Persons with intellectual disability in prison. Journal of Intellectual Disabilities and Offending Behaviour, 11(4), 233-237. https://doi.org/10.1108/jidob-03-2020-0006

Zhang, B., Bi, Y., & Yu, G. (2010). Factor analysis of a scale to assess state self-monitoring in adolescents during interview : a pilot study. Psychological Reports, 106(3), 721-730. https://doi.org/10.2466/pr0.106.3.721-730

pict Illustration : Pexels – Christian Diokno. https://www.pexels.com/photo/gloomy-man-with-painted-clown-face-3251664/

1 komentar untuk “People Pleasing: Kebiasaan Membahagiakan Orang Lain”

  1. Pingback: Dari People Pleasing Menjadi Komunikator Asertif - IGAS

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top