Dalam dunia manajemen, kepemimpinan otoriter telah lama menjadi subjek yang menarik untuk dibicarakan. Kepemimpinan otoriter sering kali dipandang kontroversial dibandingkan dengan gaya kepemimpinan lainnya, seperti demokratis atau transformasional. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari dasar kepemimpinan otoriter, mempelajari ciri-cirinya, dan melihat bagaimana ia berdampak pada organisasi.
Dalam berbagai jenis organisasi, seperti institusi pendidikan dan tempat kerja, gaya kepemimpinan sangat penting. Kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang paling terkenal. Gaya kepemimpinan ini menunjukkan seorang pemimpin yang memegang kendali penuh atas proses pengambilan keputusan. Studi telah menunjukkan bahwa kepemimpinan otoriter dapat berdampak baik atau buruk pada individu dan organisasi.
Di satu sisi, kepemimpinan otoriter dapat meningkatkan efisiensi dan kejelasan pengambilan keputusan karena memberi mereka kekuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan. Di sisi lain, pendekatan ini juga dapat menyebabkan lingkungan kerja yang otoriter, yang membuat karyawan merasa terkekang dan kurang termotivasi untuk membuat kontribusi yang lebih kreatif. Pemimpin otoriter perlu menemukan keseimbangan antara mempertahankan kontrol dan memberikan ruang untuk kolaborasi dan partisipasi yang baik dalam organisasi.
Sebagai contoh, kreativitas, perilaku kewarganegaraan organisasi, penyimpangan, dan niat turnover dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan otoriter (Bodla et al., 2019; Aviantono, 2023; Mardia & S, 2022). Kepemimpinan otoriter dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan, tetapi juga dapat menghambat kinerja dan kreativitas orang lain (FEB et al., 2022). Motivasi intrinsik dan budaya organisasi adalah beberapa contoh bagaimana kepemimpinan otoriter berdampak pada kreativitas dan kinerja karyawan (Bodla et al., 2019; Hamirul et al., 2022).
Sangat penting bagi manajer dan pemimpin untuk mempertimbangkan berbagai aspek ini saat memutuskan apakah kepemimpinan otoriter akan merugikan atau menguntungkan produktivitas tim. Selain itu, lingkungan kerja yang mengutamakan perilaku warga negara yang baik dan mendorong kreativitas juga dapat mempengaruhi bagaimana kepemimpinan otoriter memengaruhi kinerja karyawan. Penyimpangan dalam organisasi juga dapat menjadi faktor penting dalam menentukan apakah kepemimpinan otoriter akan merugikan atau menguntungkan bagi produktivitas tim.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan otoriter hanyalah salah satu dari berbagai gaya kepemimpinan; gaya lain termasuk kepemimpinan transformasional, laissez-faire, demokratis, dan transaksional (Rosita & Iskandar, 2022; Hidayati, 2021; Mardia & S, 2022). Setiap gaya kepemimpinan memiliki efek yang berbeda pada hasil organisasi. Misalnya, meskipun kepemimpinan otoriter mungkin efektif dalam beberapa situasi, itu mungkin tidak selalu menjadi metode yang paling sesuai, terutama di lingkungan kerja kontemporer yang serba berubah (Imtinan, 2021).
Sebaliknya, gaya kepemimpinan demokratis dikenal karena mendorong anggota tim untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, yang meningkatkan rasa memiliki dan motivasi. Kepemimpinan laissez-faire, di sisi lain, memungkinkan staf untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas tanggung jawab mereka sendiri. Dalam hal menginspirasi dan memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan bersama, gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional juga memiliki keunggulan. Oleh karena itu, pemimpin harus memahami berbagai gaya kepemimpinan dan memilih yang paling sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik organisasi mereka.
Kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang signifikan yang dapat mempengaruhi berbagai aspek operasi organisasi. Para pemimpin harus memahami aspek-aspek kepemimpinan otoriter dan dampaknya terhadap individu dan organisasi agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat.
Dalam situasi darurat atau ketika keputusan cepat diperlukan, gaya kepemimpinan otoriter dapat menjadi strategi yang sangat efektif. Pemimpin otoriter biasanya memberikan instruksi yang jelas dan mengharapkan kepatuhan dari anggota tim. Namun, mereka harus memastikan bahwa gaya kepemimpinan ini tidak menghambat inovasi dan kreativitas tim, karena ini dapat membuat anggota tim merasa terkekang dan kurang termotivasi. Oleh karena itu, para pemimpin harus mengimbangi kebijakan kepemimpinan yang otoriter dengan menjadi fleksibel dan terbuka terhadap ide-ide baru dari tim.
Memahami Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter pada dasarnya berarti seorang pemimpin memegang kendali penuh atas pengambilan keputusan dan tanggung jawab. Dalam lingkungan di mana seorang pemimpin otoriter berkuasa, karyawan diharapkan untuk mematuhi perintah dengan tegas.
Pemimpin otoriter biasanya memegang kendali atas setiap aspek operasional dan strategis organisasi dan bergantung pada otoritas dan hierarki. Keputusan mereka biasanya dibuat secara mandiri tanpa banyak berkonsultasi dengan anggota tim atau pemangku kepentingan lainnya.
Dalam situasi krisis di mana keputusan cepat diperlukan, pemimpin otoriter dianggap efektif. Namun, karyawan mungkin merasa tidak dihargai atau didengarkan oleh gaya kepemimpinan ini, yang dapat menyebabkan lingkungan kerja yang kurang kreatif dan berkolaborasi. Akibatnya, hubungan yang ada antara bawahan dan pemimpin seringkali terasa tegang dan tidak harmonis.
Karakteristik Kepemimpinan Otoriter
Kendali dan Ketegasan: Pemimpin otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dari bawahan mereka dan menegakkan disiplin dengan keras; dua karakteristik paling mencolok dari kepemimpinan otoriter adalah kendali dan ketegasan yang tinggi.
Kurangnya Keterbukaan dan Kolaborasi: Keterbukaan dan kerja sama sering kali kurang di tempat kerja di mana pemimpinnya otoriter. Keputusan dibuat dari atas ke bawah tanpa banyak masukan dari tim atau proses pengambilan keputusan.
Fokus pada Kinerja dan Efisiensi: Pemimpin otoriter biasanya sangat berfokus pada kinerja dan efisiensi. Mereka menetapkan standar yang tinggi dan menuntut anggota tim mereka secara konsisten untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Rendahnya Kreativitas dan Inovasi: Kreativitas dan inovasi seringkali ditekan dalam lingkungan yang dipimpin oleh pemimpin yang otoriter. Mungkin ada karyawan yang khawatir akan dihukum atau dikritik jika mereka berpikir di luar
kotak atau mengusulkan ide-ide baru.
Dampak Kepemimpinan Otoriter dalam Organisasi
Ketatnya Kontrol dan Disiplin:
Pemimpin otoriter mampu menegakkan ketertiban dan menegakkan aturan dengan tegas, yang merupakan efek utama dari lingkungan kerja yang terkendali dan disiplin.
Kurangnya Keterlibatan dan Motivasi Karyawan:
Sebaliknya, karyawan yang bekerja di bawah kepemimpinan otoriter seringkali tidak termotivasi dan tidak terlibat. Karyawan mungkin merasa tidak dihargai atau tidak memiliki kebebasan untuk mengambil inisiatif di tempat kerja mereka.
Resistensi terhadap Perubahan dan Inovasi:
Selain itu, lingkungan kerja yang otoriter memiliki kecenderungan untuk memicu resistensi terhadap inovasi dan perubahan. Karyawan mungkin takut akan hukuman atau kritik jika mereka mencoba hal-hal baru atau mengusulkan ide-ide baru.
Rendahnya Kepuasan Kerja dan Tingkat Retensi Karyawan:
Akibatnya, dalam lingkungan kerja yang dipimpin oleh pemimpin yang otoriter, tingkat kepuasan kerja dan retensi karyawan mungkin rendah. Karyawan yang tidak merasa dihargai atau didengar cenderung mencari kesempatan di tempat lain.
Strategi Menghadapi Kepemimpinan
Otoriter
Komersialisasi: Selain mempertimbangkan perspektif organisasi secara keseluruhan, karyawan dapat berusaha untuk memahami alasan di balik keputusan dan tindakan pemimpin otoriter.
Komunikasi Terbuka: Komunikasi terbuka antara pemimpin dan staf dapat membantu mengurangi ketegangan dan meningkatkan pemahaman di kedua sisi.
Pengembangan Keterampilan Kepemimpinan: Pemimpin yang otoriter yang bersedia mengembangkan keterampilan kepemimpinan yang lebih terbuka dan berkolaborasi dapat membantu menghasilkan perubahan yang positif di lingkungan kerja mereka.
Pencarian Kesempatan Pengembangan Diri: Jika seorang karyawan merasa terkekang oleh kepemimpinan yang otoriter, mereka dapat mencari peluang pengembangan diri di luar organisasi mereka, seperti pelatihan, kursus, atau mentoring.
Oleh karena itu, hubungan yang inklusif dan kolaboratif antara karyawan dan pemimpin dapat menghasilkan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif. Jika karyawan merasa didukung dan memiliki kesempatan untuk berkembang, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaik mereka untuk perusahaan. Sebaliknya, pemimpin yang terbuka untuk belajar dan berkembang juga akan mampu menginspirasi tim mereka untuk terus meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan bersama.
Meskipun kepemimpinan otoriter dapat membuat organisasi aman dan tertib, itu juga dapat menyebabkan kurangnya dorongan, keterlibatan, dan inovasi. Pemimpin otoriter harus mencari keseimbangan antara otoritas dan transparansi. Mereka juga harus mempertimbangkan bagaimana kepemimpinan mereka akan berdampak pada karyawan dan organisasi secara keseluruhan. Kepemimpinan otoriter dapat bekerja lebih baik dan menghasilkan hasil yang lebih baik bagi semua orang dengan menggunakan pendekatan yang lebih inklusif dan bekerja sama.
Seorang pemimpin otoriter dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan produktif dengan memberikan ruang untuk partisipasi karyawan dan mendengarkan ide-ide dan masukan dari tim. Dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan anggota tim, seorang pemimpin otoriter dapat memotivasi anggota tim untuk bekerja dengan lebih antusias dan berinisiatif. Oleh karena itu, kepemimpinan otoriter yang disesuaikan dengan kebutuhan karyawan dan organisasi dapat menjadi bagian penting dari kesuksesan dalam mencapai tujuan bersama.
Pict illustration : pexels August de Richelieu