Pertarungan Abadi Kecerdasan Buatan vs Kecerdasan Manusia
Bayangkan diri Anda berada di dunia di mana robot mengantarkan makanan, mobil mengemudi sendiri, dan algoritma mengetahui siapa Anda akan berjodoh. Ketika kecerdasan buatan (AI) berkembang pesat, ia mengubah fungsi manusia di banyak bidang. Timbul pertanyaan, apakah kecerdasan buatan akan menggantikan manusia sepenuhnya?
Apakah kecerdasan buatan akan membuat manusia menganggur? Apakah manusia akan terus memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan yang membutuhkan intuisi manusiawi dan empati? Dalam hal kreativitas dan hubungan antarmanusia, keberadaan manusia masih dianggap tidak tergantikan oleh AI, meskipun AI memiliki kemampuan untuk menjadi lebih efisien dan mudah digunakan. Untuk membuat dunia yang lebih damai dan berkelanjutan, mungkin yang terbaik adalah menggabungkan kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia.
Study Kecerdasan Buatan VS Kecerdasan Manusia
Ada banyak perdebatan tentang apakah kecerdasan buatan (AI) dapat menggantikan manusia dalam banyak pekerjaan. Meskipun AI telah menunjukkan banyak kemampuan dan kemajuan, sejauh mana ia dapat menggantikan manusia masih menjadi pertanyaan. Frey dan Osborne (2017) melakukan penelitian tentang berbagai kerentanan pekerjaan terhadap komputerisasi, menemukan bahwa ada kecenderungan bahwa tugas tertentu lebih otomatis daripada yang lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat mengotomatiskan fungsi pekerjaan tertentu, penggantian lengkap manusia dalam semua peran mungkin masih jauh dari kemungkinan.
Menurut Abdullah (2020), ada beberapa kasus di mana AI telah digunakan dalam jurnalisme untuk menulis artikel berita dan bahkan berperan sebagai pembawa berita. Namun, memasukkan AI ke dalam jurnalisme tidak selalu berarti mengganti sepenuhnya jurnalis manusia. Menurut Abdullah (2020), Revolusi Manusia 4.0 diperlukan sebagai tanggapan atas kemajuan Industri 4.0 dan AI.
AI dapat meningkatkan layanan kesehatan di bidang kedokteran (Mintz & Brodie, 2019). Profesional perawatan kesehatan masih sangat penting dalam memberikan perawatan holistik kepada pasien, meskipun AI dapat membantu dalam hal-hal seperti perencanaan perawatan dan diagnosis. Demikian pula, pertanyaan apakah kecerdasan buatan akan menjadi pengganti psikiater telah muncul dalam bidang psikiatri (Brown et al., 2019). Banyak diskusi tentang aspek teknis dan hubungan psikiatri AI, tetapi beberapa orang percaya bahwa AI dapat membantu beberapa hal, tetapi sentuhan manusia masih lebih baik untuk merawat pasien.
Untuk menyelesaikan masalah yang rumit dan tidak terorganisir, disarankan agar pengetahuan manusia dimasukkan ke dalam sistem kecerdasan buatan (Johnson et al., 2022). Metode ini disebut Informed Artificial Intelligence. Metode ini menekankan betapa pentingnya menggabungkan keahlian manusia dengan kemampuan AI untuk menyelesaikan masalah yang sulit.
Sementara AI terus berkembang dan mengotomatiskan berbagai tugas, konsensus penelitian menunjukkan bahwa penggantian manusia sepenuhnya oleh AI mungkin sulit dicapai. Sebaliknya, lebih masuk akal untuk AI bekerja sama dengan kecerdasan manusia dan meningkatkan kemampuan manusia daripada sepenuhnya mengganti manusia.
Kekhawatiran Tergantikan
Banyak orang khawatir bahwa kecerdasan buatan akan mengambil alih pekerjaan manusia, menyebabkan pengangguran massal. AI memang tak tertandingi dalam hal menyelesaikan tugas dan menganalisis data. Film seperti Terminator dan Ex Machina, yang menggambarkan kecerdasan buatan sebagai makhluk hebat yang memberontak melawan manusia, meningkatkan kecemasan ini.
Namun, sebagian besar ahli percaya bahwa AI akan menciptakan lapangan kerja baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Meskipun terotomatisasi beberapa jenis pekerjaan, permintaan akan pekerjaan baru yang membutuhkan kecerdasan manusia akan tetap ada. Selain itu, AI masih perlu diawasi oleh manusia untuk memastikan bahwa ia bekerja sesuai dengan nilai-nilai manusia.
Keunikan Manusia
Namun, AI tidak memiliki keunggulan yang dimiliki manusia, seperti empati, kreativitas, dan intuisi. Meski AI dapat meniru pola dan menghasilkan karya seni, AI tidak memiliki jiwa dan rasa yang mendasari karya seni manusia. AI juga tidak mampu memahami emosi kompleks dan membangun hubungan interpersonal seperti manusia.
Karena kemampuan manusia untuk berpikir luar biasa dan menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, kecerdasan buatan tidak dapat menyamai kreativitas manusia. Selain itu, kemampuan manusia untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain membuat teknologi tidak dapat menggantikan hubungan antarmanusia. Karena intuisi manusia biasanya didasarkan pada pengalaman dan perasaan yang sulit dipahami oleh mesin, intuisi manusia masih sulit ditiru oleh AI. Oleh karena itu, meskipun kecerdasan buatan dapat membantu banyak bidang, keunikan manusia masih tidak dapat diganti.
Kolaborasi, Bukan Persaingan
Kita harus melihat AI sebagai alat yang membantu manusia, bukan sebagai ancaman. Kemampuan AI untuk mengotomatisasi tugas yang monoton memungkinkan manusia untuk berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih inovatif dan kreatif.
Jika manusia dan AI bekerja sama, mereka dapat bekerja sama dengan baik untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada jika mereka bekerja sendiri. Sebagai contoh, ahli kesehatan dapat menggunakan AI untuk menganalisis data medis dengan cepat dan akurat, sementara dokter dapat menggunakan pengalaman dan intuisi mereka untuk membuat keputusan akhir yang terbaik untuk pasien mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk melihat AI sebagai sekutu, bukan sebagai pesaing, saat kita menghadapi kesulitan dan memanfaatkan peluang di masa depan.
Contoh Kolaborasi
Di Bidang Kesehatan
Kolaborasi antara dokter dan AI juga dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang kesehatan: AI dapat melakukan tugas yang memerlukan analisis data dengan cepat dan akurat, sedangkan dokter dapat fokus pada interaksi mereka dengan pasien dan membuat keputusan akhir. Dengan kerja sama yang baik antara AI dan manusia, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam bidang kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap terbuka terhadap peluang kerja sama ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kebaikan bersama.
Di Bidang Pendidikan
Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan kecepatan dan gaya belajar yang mereka sukai, meningkatkan pemahaman mereka dan meningkatkan minat mereka dalam belajar. AI memungkinkan guru memberikan perhatian yang lebih khusus kepada setiap siswa, yang menghasilkan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif. Dengan menggunakan teknologi ini dalam pendidikan, kita dapat menciptakan generasi yang lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan dan memperoleh pengetahuan yang relevan dan bermanfaat. Oleh karena itu, pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan belajar individu siswa.
Di Bidang Manufaktur
AI dapat digunakan dalam industri manufaktur untuk memprediksi kebutuhan bahan baku dan mengoptimalkan proses produksi secara otomatis. Ini dapat mengurangi waktu dan biaya produksi, dan produk yang dihasilkan akan lebih baik. AI membantu pendidikan dan banyak sektor lainnya dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Dengan demikian, adopsi teknologi AI dalam industri manufaktur memungkinkan perusahaan untuk bersaing di pasar global dan memperluas pangsa pasar mereka.
Tentu saja, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam kolaborasi ini. Salah satunya adalah kesenjangan digital. Tidak semua orang memiliki akses ke teknologi AI, yang dapat memperparah ketimpangan sosial.
Solusi untuk mengatasi ini adalah
Pendidikan
Meningkatkan pendidikan tentang AI untuk masyarakat luas. Pendidikan yang lebih baik tentang AI diharapkan membuat masyarakat lebih memahami potensi AI dan bagaimana mereka dapat mengaksesnya. Selain itu, program pelatihan dan workshop juga dapat membantu orang yang membutuhkan meningkatkan keterampilan mereka dalam teknologi AI. Oleh karena itu, lebih banyak orang dapat menikmati manfaat teknologi AI dan perbedaan digital dapat dikurangi.
Regulasi
Membuat regulasi yang memastikan AI digunakan secara bertanggung jawab dan etis adalah penting untuk mencegah penyalahgunaan teknologi AI dan melindungi privasi dan keamanan data pengguna. Regulasi yang jelas dan ketat juga dapat memberikan kepastian hukum bagi pengembang dan pengguna AI, dan pendidikan dan regulasi yang baik dapat membantu mengubah teknologi AI ke arah yang baik dan melindungi konsumen.
Pengembangan AI yang Berpusat pada Manusia
Memastikan bahwa AI dirancang untuk membantu dan melengkapi manusia, bukan untuk menggantikan mereka. Dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada manusia, teknologi AI dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas hidup manusia. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil oleh AI selalu berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, pengembangan teknologi AI yang berpusat pada manusia dapat memiliki dampak yang positif .
Masa depan AI tidak akan menggantikan manusia, tetapi akan bekerja sama dengan manusia untuk meningkatkan dunia. AI memiliki kemampuan untuk membantu manusia mencapai potensi penuhnya dan menyelesaikan masalah global seperti kemiskinan dan perubahan iklim.
Kita bertanggung jawab atas masa depan AI, kita harus memastikan bahwa itu digunakan untuk kebaikan umat manusia dan kemajuan mereka, bukan untuk menghancurkannya. Sebagai makhluk yang bertanggung jawab, kita harus memastikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi prioritas saat mengembangkan dan menerapkan teknologi AI, karena dengan kerjasama antara manusia dan AI kita dapat menciptakan solusi inovatif untuk tantangan global yang kompleks. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa masa depan AI akan membawa manfaat besar bagi manusia dan planet ini.
References:
Abdullah, A. (2020). Public relations in the era of artificial intelligence: peluang atau ancaman?. Aristo, 8(2), 406.
Brown, C., Story, G., Mourao-Miranda, J., & Baker, J. (2019). Will artificial intelligence eventually replace psychiatrists?. The British Journal of Psychiatry, 218(3), 131-134.
Frey, C. and Osborne, M. (2017). The future of employment: how susceptible are jobs to computerisation?. Technological Forecasting and Social Change, 114, 254-280.
Johnson, M., Albizri, A., Harfouche, A., & Fosso-Wamba, S. (2022). Integrating human knowledge into artificial intelligence for complex and ill-structured problems: informed artificial intelligence. International Journal of Information Management, 64, 102479.
Mintz, Y. and Brodie, R. (2019). Introduction to artificial intelligence in medicine. Minimally Invasive Therapy & Allied Technologies, 28(2), 73-81.
Pict illustration : Pexels – Anna Shvets