illustration: canva
Dalam beberapa tahun terakhir, gaya hidup minimalis telah
menjadi topik yang semakin populer. Banyak studi telah dilakukan untuk memahami
konsep ini dari berbagai disiplin ilmu, seperti agama, filsafat, dan psikologi.
Konsep minimalisme digambarkan dalam buku Mckeown “Essentialism: The
Disciplined Pursuit of Less” sebagai upaya disiplin untuk mencapai hal-hal
yang benar-benar penting (McKeown, 2014). Namun, menekankan hubungan antara
filosofi Stoa dan gaya hidup minimalis sebagai tanggapan terhadap konsumerisme
(Muhammad, 2023).
Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa gaya hidup
minimalis dapat berfungsi sebagai praktik ilmu eskatologi saat berpikir tentang
kehidupan setelah mati (Putri & Wasik, 2022). Film “The Minimalists:
Less is Now”, yang disutradarai oleh Putri & Indriastuti, 2022, juga
membahas representasi kebahagiaan dalam gaya hidup minimalis. Sebaliknya,
ditemukan bahwa gaya hidup minimalis memungkinkan seseorang untuk membedakan
antara apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan, dan memungkinkan
mereka untuk mengurangi barang-barang yang hanya merupakan koleksi (Khairani et
al., 2023).
Dari sudut pandang psikologi, membahas peran pembinaan
akhlak dalam menumbuhkan self-control dalam gaya hidup minimalis (Surawan &
Norvia, 2022). Ayuningrum menekankan bahwa gaya hidup minimalis populer di
kalangan kelas menengah atas, dan dia mengaitkan gaya hidup minimalis dengan
gagasan tentang kehidupan tanpa sampah untuk mengurangi risiko bencana
(Maharani, 2023).
Gaya hidup minimalis muncul sebagai bentuk perlawanan
terhadap dunia yang semakin terhubung dan dipenuhi oleh konsumsi berlebihan.
Gaya hidup ini mengatakan bahwa kesederhanaan adalah cara untuk menjadi
bahagia. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari setiap aspek gaya hidup
minimalis, memahami dasar filosofi ini, dan melihat bagaimana kekurangan materi
dapat membuka jalan menuju kekayaan kebahagiaan yang sebenarnya.
1. Filosofi Gaya Hidup Minimalis
Minimalisme bukan hanya membuang sesuatu yang tidak penting;
itu adalah filosofi hidup yang mempertimbangkan arti kebahagiaan dan
mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu terletak pada memiliki sesuatu.
2. Refleksi pada Budaya Konsumtif
Selain itu, gaya hidup minimalis menunjukkan sikap konsumtif
modern. Seringkali, budaya konsumtif mendorong kita untuk mengumpulkan
barang-barang dan mencari kepuasan melalui kepemilikan materi. Namun, gaya
hidup minimalis mengajarkan kita bahwa nilai kebahagiaan sebenarnya terletak
pada kualitas hubungan, kebebasan finansial, dan ketenangan batin, bukan pada
jumlah barang yang kita miliki.
3. Fokus pada Kekayaan Pengalaman
gaya hidup minimalis mengajarkan kita untuk menempatkan
kekayaan kita pada pengalaman dan bukan pada benda-benda yang tersedia di
dunia. Dalam hidup minimalis, kita belajar untuk menghabiskan waktu, tenaga,
dan uang kita untuk hal-hal yang membuat kita bahagia dan puas, seperti
menjalin hubungan yang lebih dekat dengan orang-orang yang kita sayangi,
menjelajahi alam, dan menemukan bakat dan minat pribadi kita. Kita dapat hidup
lebih hidup dengan makna dan kepuasan jika kita memprioritaskan pengalaman
daripada memiliki barang.
4. Menanggulangi Stres dan Kecemasan
Dengan menjalani gaya hidup minimalis, kita belajar untuk
lebih fokus pada hal-hal yang penting bagi kita dan mengurangi tekanan dan
kecemasan yang seringkali terkait dengan kepemilikan material yang berlebihan.
Dengan memiliki lebih sedikit barang, kita tidak perlu khawatir tentang
merawat, menyimpan, atau mengganti barang-barang tersebut, sehingga kita
mengurangi stres yang terkait dengan kepemilikan material yang berlebihan.
5. Kesederhanaan sebagai Sumber Kreativitas
Gaya hidup minimalis menawarkan kebebasan daripada pembatasan.
Kita dapat menemukan lebih banyak ruang untuk kreativitas jika kita bebas dari
kekacauan materi. Gaya hidup minimalis juga membantu kita menghindari gangguan
dan distraksi yang berasal dari kekacauan materi. Memiliki sedikit benda
memungkinkan kita untuk mengkonsentrasikan diri pada hal-hal yang benar-benar
penting dalam hidup kita dan mengembangkan tingkat kreativitas yang lebih
besar. Pikiran kita menjadi lebih jernih dan kita dapat menemukan inspirasi
untuk membuat sesuatu yang baru dan unik ketika kita berada di ruang yang
sederhana dan teratur. Kesederhanaan memungkinkan kita untuk mencoba ide-ide
baru dan mengembangkan kemampuan kreatif kita yang sebelumnya terhalang oleh
kebisingan materi.
6. Mencapai Keseimbangan Hidup
Selain itu, kita dapat mencapai keseimbangan dalam hidup
kita dengan mempertahankan kesederhanaan. Dengan menghilangkan kekacauan dan
gangguan yang disebabkan oleh kelebihan materi, kita dapat lebih berkonsentrasi
pada bagian penting hidup seperti hubungan, kesehatan, dan pengembangan diri.
Ketika kita tidak terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak pernah puas,
keseimbangan hidup menjadi lebih mudah dicapai. Dengan memiliki sedikit benda,
kita dapat menghabiskan waktu dan energi untuk hal-hal yang benar-benar membuat
kita bahagia dan puas. Dengan mengurangi kebutuhan akan materi, kita dapat
mengalokasikan sumber daya kita dengan lebih hemat dan menghargai kehidupan
dengan lebih baik.
7. Kiat Praktis untuk Memulai Perjalanan Minimalis
Mulailah dengan membersihkan dan menyederhanakan area rumah
Anda. Buang atau sumbangkan barang-barang yang tidak lagi Anda butuhkan atau
memberikan nilai dalam hidup Anda. Selanjutnya, buat daftar prioritas dan fokus
pada hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda; hindari tergoda untuk membeli
barang-barang yang tidak perlu dan belajar untuk menghargai apa yang Anda
miliki. Terakhir, luangkan waktu untuk mempertimbangkan dan mempertimbangkan
opsi konsumsi Anda, serta mencari tahu bagaimana Anda dapat menggunakan produk
yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan Anda.
Ketika orang berbicara tentang gaya hidup minimalis, mereka
mengatakan bahwa mereka ingin hidup lebih sederhana. Kebahagiaan sejati ada
dalam kesederhanaan. Mari kita berkumpul untuk merenungkan, menerima
kesederhanaan, dan menemukan kebahagiaan yang lebih dalam dalam kehidupan
sehari-hari kita.
Pingback: Berpuas Diri, Kritik yang Berharga dalam Keseharian - IGAS
Pingback: Mengenal dan Menerapkan Gaya Hidup Slow Living - IGAS