Pernahkah Anda merasa lelah karena selalu berusaha menyenangkan semua orang? Mengatakan “ya” padahal sebenarnya ingin menolak? Atau merasa bersalah ketika tidak bisa memenuhi semua permintaan orang lain? Jika ya, Anda mungkin sedang mengalami people pleasing.
People pleasing adalah kecenderungan untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebutuhan dan keinginan diri sendiri. Ini adalah pola perilaku yang sering kali tidak disadari dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan hubungan sosial kita.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang people pleasing, mengapa kita melakukannya, dan bagaimana cara mengubah kebiasaan ini menjadi kebiasaan yang lebih sehat, yaitu menjadi seorang komunikator yang asertif. Kita akan belajar bagaimana mengungkapkan pikiran dan perasaan secara jujur, menetapkan batasan, dan membangun hubungan yang lebih autentik.
People Pleasing
People pleasing adalah kecenderungan seseorang untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain, seringkali dengan mengorbankan kebutuhan, keinginan, atau bahkan nilai-nilai dirinya sendiri. Orang yang memiliki kecenderungan ini seringkali merasa bahwa kebahagiaan dan penerimaan orang lain lebih penting daripada kebahagiaannya sendiri.
Ingin keluar dari jebakan people pleasing dan membangun hubungan yang lebih sehat? Artikel ini akan mengungkap akar penyebab people pleasing, dampak negatifnya pada kesehatan mental dan hubungan sosial, serta langkah-langkah praktis untuk menjadi komunikator asertif. Pelajari cara mengungkapkan perasaan secara jujur, menetapkan batasan, dan meningkatkan kepercayaan diri melalui komunikasi yang efektif.
Memahami People Pleasing
Akar Masalah
Mengapa kita sering terjebak dalam pola people pleasing? Ada beberapa faktor psikologis dan sosial yang mendasari kebiasaan ini. Mari kita bahas satu per satu:
- Pola Asuh :
a) Didikan untuk Menyenangkan Semua Orang: Banyak dari kita dibesarkan dengan pesan bahwa menyenangkan orang lain adalah hal yang sangat penting. Pesan ini tertanam begitu dalam sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
b) Takut Akan Penolakan: Ketakutan akan penolakan atau ketidaksetujuan orang lain dapat mendorong kita untuk selalu berusaha menyenangkan mereka.
c) Perbandingan Sosial: Membandingkan diri dengan orang lain dan merasa kurang dapat memicu keinginan untuk mendapatkan validasi dari orang lain.
2. Rendah Diri :
a) Merasa Tidak Layak: Orang dengan rendah diri seringkali merasa tidak layak untuk mendapatkan perhatian atau perlakuan baik. Mereka percaya bahwa menyenangkan orang lain adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kasih sayang dan penerimaan.
b) Takut Kehilangan: Ketakutan kehilangan hubungan atau dukungan dari orang lain dapat membuat seseorang terus-menerus berusaha menyenangkan mereka.
3. Ketakutan Akan Konflik:
a) Menghindari Konflik: Beberapa orang menghindari konflik karena takut akan konsekuensi negatif seperti pertengkaran atau kerusakan hubungan.
b) Perfeksionisme: Keinginan untuk selalu benar dan sempurna dapat membuat seseorang merasa perlu untuk menyenangkan semua orang agar terhindar dari kritik.
Dampak Negatif
People pleasing yang terus-menerus dilakukan dapat membawa dampak negatif yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan. Stres dan kecemasan adalah dua konsekuensi umum. Ketika seseorang selalu berusaha memenuhi harapan orang lain, mereka akan merasa terbebani dan kesulitan untuk rileks. Kelelahan mental dan fisik juga seringkali menyertai people pleasing, karena individu tersebut terus-menerus mengorbankan waktu dan energi untuk orang lain. Kehilangan jati diri adalah dampak lain yang serius. Dalam upaya untuk menyenangkan semua orang, seseorang dapat kehilangan identitas dan kesulitan untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan dalam hidup. Hubungan sosial pun bisa terpengaruh. Meskipun people pleaser berusaha keras untuk menjaga hubungan baik, namun seringkali mereka merasa tidak puas dan tidak dihargai dalam hubungan tersebut.
Selain itu, people pleasing juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Depresi dan gangguan kecemasan adalah beberapa kondisi kesehatan mental yang sering dikaitkan dengan people pleasing. Harga diri rendah juga dapat semakin parah karena individu tersebut terus-menerus meragukan kemampuan dan nilai dirinya. Dalam jangka panjang, people pleasing dapat menghambat pertumbuhan pribadi dan pencapaian tujuan. Individu yang terjebak dalam pola people pleasing cenderung sulit untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil risiko.
Tanda-Tanda People Pleasing
Merasa seperti selalu berjalan di atas telur? Sulit untuk mengatakan “tidak”? Jika Anda sering mengalami hal ini, mungkin Anda sedang mengalami people pleasing. Tanda-tanda people pleasing seringkali tidak disadari, namun jika diperhatikan dengan seksama, beberapa ciri khas akan muncul. Merasa bersalah adalah salah satu tanda yang paling umum. Anda mungkin merasa bersalah ketika tidak dapat memenuhi permintaan orang lain atau ketika harus memprioritaskan kebutuhan diri sendiri. Mengabaikan kebutuhan diri sendiri juga merupakan tanda yang jelas. Anda mungkin seringkali menunda-nunda keinginan atau kebutuhan Anda sendiri demi kepentingan orang lain. Ketakutan akan konflik juga dapat menjadi indikasi people pleasing. Anda mungkin menghindari konfrontasi atau perbedaan pendapat demi menjaga hubungan baik.
Selain itu, orang yang sering people pleasing cenderung memiliki harga diri rendah dan merasa tidak layak untuk mendapatkan perhatian positif. Mereka juga seringkali merasa terbebani oleh tanggung jawab dan sulit untuk rileks. Bahasa tubuh juga dapat memberikan petunjuk. Misalnya, Anda mungkin seringkali mengangguk setuju meskipun tidak sepenuhnya sepakat atau menghindari kontak mata saat menyampaikan pendapat yang berbeda. Pola pikir yang selalu berusaha menyenangkan orang lain juga menjadi ciri khas people pleasing. Anda mungkin seringkali berpikir bahwa keberhasilan Anda ditentukan oleh persetujuan orang lain.
Bagaimana Cara Menjadi Orang Yang Asertif
Memahami Asertivitas
Transisi dari menjadi orang yang menyenangkan menjadi komunikator yang tegas, individu perlu mengembangkan keterampilan komunikasi yang tegas. Perilaku asertif melibatkan mengekspresikan diri secara langsung, hormat, dan percaya diri sambil mempertimbangkan perasaan dan pendapat orang lain (Hasan, 2008). Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang berjuang untuk menunjukkan perilaku asertif merasa sulit untuk menjadi komunikator asertif (Nora & Putri, 2022). Dengan terlibat dalam teknik pelatihan asertif, individu dapat meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal mereka, yang mengarah pada pengembangan pribadi yang lebih baik dan peningkatan kemampuan komunikasi (Putri, 2023).
Asertivitas adalah kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara jujur, langsung, dan tegas, tanpa merugikan hak orang lain. Ini bukan tentang menjadi agresif atau pasif, melainkan tentang menemukan keseimbangan antara keduanya. Orang yang asertif mampu mengatakan “ya” ketika mereka ingin dan “tidak” ketika mereka tidak ingin, tanpa merasa bersalah atau takut akan konsekuensinya. Mereka juga mampu mendengarkan pendapat orang lain dengan terbuka, namun tidak ragu untuk mempertahankan pendapat mereka sendiri. Keterampilan asertif ini sangat penting dalam membangun hubungan yang sehat, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Asertivitas berbeda dengan agresivitas dan pasifitas. Orang yang agresif cenderung memaksakan kehendak mereka pada orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Sebaliknya, orang yang pasif cenderung mengorbankan kebutuhan mereka sendiri untuk menyenangkan orang lain. Orang yang asertif, di sisi lain, mampu menyeimbangkan antara memenuhi kebutuhan diri sendiri dan menghormati kebutuhan orang lain. Dengan menjadi asertif, seseorang dapat meningkatkan kepercayaan diri, harga diri, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Contoh: “Asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara jujur dan tegas, tanpa menyakiti orang lain.”
Manfaat Menjadi Asertif
Beralih dari people pleasing ke gaya komunikasi yang lebih asertif membawa segudang manfaat bagi kehidupan kita. Salah satu manfaat terbesar adalah peningkatan kepercayaan diri. Ketika kita mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara jujur, kita akan merasa lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Hubungan sosial pun akan menjadi lebih sehat dan bermakna. Komunikasi yang terbuka dan jujur akan membantu kita membangun hubungan yang lebih dalam dan saling menghormati dengan orang lain. Pengurangan stres juga merupakan salah satu manfaat yang signifikan. Dengan menetapkan batasan yang jelas dan berani mengatakan “tidak”, kita akan terhindar dari perasaan terbebani dan kewalahan.
Selain itu, menjadi asertif juga dapat meningkatkan produktivitas. Ketika kita tidak lagi terjebak dalam upaya menyenangkan semua orang, kita dapat fokus pada tujuan dan prioritas kita sendiri. Kemampuan pemecahan masalah juga akan meningkat karena kita lebih berani untuk mengungkapkan pendapat dan ide-ide baru. Karir pun dapat berkembang pesat karena kita lebih mampu bernegosiasi, memberikan presentasi, dan membangun jaringan yang kuat. Secara keseluruhan, asertifitas adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih bahagia, sehat, dan sukses.
Tips Menjadi Asertif
Beralih dari people pleasing menuju asertivitas adalah sebuah perjalanan. Namun, dengan kesabaran dan latihan, Anda dapat menguasai keterampilan ini. Langkah pertama adalah mengenali pola pikir people pleasing Anda. Amati situasi di mana Anda cenderung mengalah atau menghindari konflik. Selanjutnya, bangun kepercayaan diri. Ingatlah bahwa Anda berhak untuk memiliki pendapat dan kebutuhan sendiri. Latihlah komunikasi asertif dengan mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, sampaikan penolakan secara tegas namun sopan. Tetapkan batasan yang jelas dalam hubungan Anda. Ini akan membantu orang lain memahami apa yang dapat dan tidak dapat Anda toleransi. Terakhir, rayakan keberhasilan kecil. Setiap kemajuan, sekecil apapun, patut dihargai.
Untuk memperkuat keterampilan asertif, Anda juga dapat mencoba teknik-teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga. Teknik-teknik ini dapat membantu Anda mengelola stres dan kecemasan yang seringkali muncul saat menghadapi situasi yang sulit. Berlatihlah untuk mendengarkan secara aktif. Ketika seseorang berbicara, berikan perhatian penuh dan jangan menyela. Ini akan membantu Anda memahami perspektif orang lain dan merespons dengan lebih baik. Cari dukungan dari orang-orang terdekat Anda. Berbagi pengalaman dan perasaan dengan teman atau keluarga dapat memberikan Anda kekuatan untuk terus berkembang. Jangan takut untuk meminta bantuan jika Anda merasa kesulitan untuk mengubah kebiasaan people pleasing Anda. Terapis atau konselor dapat memberikan panduan dan dukungan yang Anda butuhkan.
Mengatasi Rasa Takut Untuk Mengatakan Tidak
Ketakutan yang Umum
People pleaser seringkali dihantui oleh berbagai ketakutan yang menghambat mereka untuk bersikap lebih asertif. Salah satu ketakutan yang paling umum adalah takut akan penolakan. Mereka khawatir jika menolak permintaan orang lain, mereka akan kehilangan penerimaan dan kasih sayang. Ketakutan akan konflik juga menjadi penghalang besar. People pleaser seringkali menghindari perselisihan karena takut merusak hubungan dengan orang lain. Ketakutan akan penilaian negatif juga menjadi sumber kecemasan. Mereka khawatir jika mereka tidak memenuhi harapan orang lain, mereka akan dianggap tidak baik atau tidak berguna.
Selain itu, people pleaser juga takut kehilangan kendali atas situasi. Mereka merasa perlu untuk selalu menyenangkan semua orang agar situasi tetap kondusif. Ketakutan akan ketidaknyamanan juga menjadi penghalang. Mereka menghindari situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman, seperti mengungkapkan pendapat yang berbeda. Ketakutan akan kesepian juga menjadi faktor yang signifikan. Mereka khawatir jika mereka tidak menyenangkan orang lain, mereka akan ditinggalkan dan merasa sendiri.
Mengatasi People Pleasing
Mengubah kebiasaan people pleasing membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten. Salah satu langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran diri. Perhatikan pola pikir dan perilaku yang mendukung kebiasaan ini. Jurnal harian dapat menjadi alat yang berguna untuk melacak pikiran dan perasaan Anda. Terapi juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk mendapatkan dukungan profesional dalam mengatasi akar masalah people pleasing. Belajar untuk mengatakan “tidak” adalah keterampilan penting yang perlu dikuasai. Mulailah dengan menolak permintaan kecil yang tidak terlalu penting. Fokus pada kebutuhan diri sendiri juga sangat penting. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Anda sukai dan nikmati.
Selain itu, membangun kepercayaan diri juga sangat krusial. Affirmasi positif dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri Anda. Menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan dengan orang lain juga sangat penting. Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk membangun hubungan yang sehat dan asertif. Belajar untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan Anda dengan jujur dan tegas akan membantu Anda membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Mengikuti kelompok dukungan juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk terhubung dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa dan saling mendukung.
Mengatasi Rasa Takut Untuk Mengatakan Tidak
People pleasing adalah kebiasaan untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebutuhan dan keinginan diri sendiri. Akar masalah people pleasing beragam, mulai dari pola asuh yang tidak sehat hingga harga diri yang rendah. Dampak negatif dari kebiasaan ini pun sangat luas, mulai dari stres dan kecemasan hingga kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat.
Untuk mengatasi people pleasing, beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan kesadaran diri, mengidentifikasi pola pikir negatif, belajar untuk mengatakan “tidak”, menetapkan batasan, dan membangun kepercayaan diri. Meminta bantuan profesional seperti terapis atau konselor juga dapat sangat membantu. Dengan konsistensi dan dukungan, kita dapat melepaskan diri dari belenggu people pleasing dan menjadi individu yang lebih bahagia dan percaya diri.
Meskipun people pleasing membawa banyak dampak negatif, penting untuk diingat bahwa kebiasaan ini dapat diubah. Menjadi asertif bukanlah hal yang mustahil. Dengan kesadaran diri yang tinggi dan latihan yang konsisten, Anda dapat secara bertahap mengubah pola pikir dan perilaku Anda. Menerima diri sendiri adalah langkah pertama yang penting. Harga diri yang tinggi akan membantu Anda merasa lebih percaya diri dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan Anda. Menetapkan batasan yang jelas juga sangat penting. Belajar untuk mengatakan “tidak” dengan tegas akan membantu Anda melindungi waktu dan energi Anda.
Ingatlah, menjadi asertif bukan berarti menjadi kasar atau egois. Asertivitas adalah tentang menghormati diri sendiri dan orang lain secara seimbang. Dengan menjadi lebih asertif, Anda akan membangun hubungan yang lebih sehat dan mencapai kepuasan hidup yang lebih besar. Perubahan membutuhkan waktu dan usaha, namun hasilnya akan sangat sepadan.
References:
Hasan, S. (2008). A tool to teach communication skills to pharmacy students. American Journal of Pharmaceutical Education, 72(3), 67. https://doi.org/10.5688/aj720367
Nora, R. and Putri, M. (2022). Efektifitas terapi assertive training terhadap kemampuan komunikasi asertif dan self esteem pada remaja dengan perilaku agresif. Al-Asalmiya Nursing Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences), 11(2), 158-164. https://doi.org/10.35328/keperawatan.v11i2.2272
Putri, S. (2023). Improving interpersonal communication skills through group guidance with assertive training techniques. Journal of Innovation in Educational and Cultural Research, 4(4), 612-623. https://doi.org/10.46843/jiecr.v4i4.989
Pict Illustration : Pexels – Julia Avamotive. https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-memegang-balon-smiley-1236678/